Ajaran yang lebih sempurna daripada stoikisme
Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata kepada salah seorang murid beliau yang bernama Yunus bin Abdil A’la, “Seandainya engkau bersungguh-sungguh semaksimal mungkin untuk membuat rida manusia seluruhnya, tidak akan mungkin bisa. Oleh karena itu maka ikhlaskanlah amal dan niatmu hanya untuk Allah Azza wa Jalla.” (Al-Majmu’ Syarh Al Muhadzdzab, 1: 31).
Lalu apa kaitannya perkataan Imam Syafi’i di atas dengan stoikisme?
Simak penjelasannya pada takarir gambar.
Baru baru ini, istilah stoikisme populer di tengah-tengah masyarakat. Diperbincangkan dalam podcast-podcast yang sedang trending dan mulai dipraktikkan oleh sebagian besar anak muda. Sebuah konsep pemikiran yang ada sejak tahun 108 SM. Konsep ini mengajarkan bagaimana agar manusia mampu menjaga ketenangan dalam berfikir secara rasional. Tidak terlalu mempedulikan apa yang terjadi di luar kendali, serta berfokus pada hal-hal yang bisa dikendalikan.
Konsep stoikisme mengajarkan tentang keyakinan terhadap apa yang dimiliki oleh diri sendiri kemudian berfokus padanya dan menjalani hidup dengan lebih tenang. Kemudian menyingkirkan pengaruh negatif yang datang dari luar kendali diri.
Saudaraku, banyak manusia yang mengaku beriman tapi lebih meyakini konsep-konsep dari ajaran di luar Islam daripada ajaran-ajaran yang bersumber dari agamanya sendiri, meskipun pesan yang dibawa adalah sama, bahkan tidak sebaik dari ajaran Islam. Tidak sedikit umat Islam lebih condong mengikuti nasihat yang dianggap memiliki basis ilmiah daripada nasihat Islam sendiri yang bersumber dari Alquran dan Hadis.
Padahal, dalam Islam sendiri mengajarkan prinsip-prinsip hidup yang lebih sempurna dari apa yang diajarkan oleh filsafat apapun yang ada di dunia ini. Dalam Islam, kita diajarkan tentang sebuah konsep mulia yang bernama “niat” yang merupakan pokok fundamental dalam segala aktivitas yang kita lakukan. Islam mengajarkan agar niat itu dipersembahkan hanya untuk mendapatkan rida Allah Ta’ala.
Melakukan segala amalan berupa aktivitas mulai dari gerakan batin, pikiran, maupun segala hal yang dilakukan oleh fisik (anggota tubuh), dimulai dengan niat ikhlas untuk meraih keridaan Allah. Maka, apapun komentar, tanggapan, bahkan cemoohan dari manusia, tidak sedikit pun dapat memengaruhi hal-hal yang kita lakukan yang diawali dengan niat ikhlas tersebut.
Semoga bermanfaat.
Penulis: Akh Fauzan Hidayat hafizhahullah
Artikel: Muslim.or.id