Bahaya mengingkari nikmat Allah

Bahaya mengingkari nikmat Allah

Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan (ingatlah juga) ketika Rabb kalian mengatakan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka ketahuilah sesungguhnya azab-Ku sangat pedih’.” (QS. 14: 7).

Dalam ayat yang mulia ini, Allah Azza wa Jalla memberikan janji kepada para hamba-Nya yang mau bersyukur, sekaligus memberikan ancaman yang keras bagi mereka yang berani kufur kepada-Nya.

Memang benar jika dikatakan bahwa sebagian besar manusia itu adalah orang yang tidak mau bersyukur atau tidak pandai berterima kasih. Bagaimana tidak, ketika Allah Ta’ala telah begitu banyak memberinya nikmat, baik yang sifatnya zahir maupun batin, hal itu tidak membuat mereka sadar dan tergerak untuk semakin menambah ibadah mereka kepada Allah. Meskipun bukan berarti Allah butuh terhadap ibadah tersebut sebagai balasan atas nikmat yang telah Allah berikan. Bahkan sebaliknya, kenikmatan itu justru membuat mereka semakin jauh dari ibadah kepada Allah Ta’ala.

Lalu bagaimana sikap yang benar yang harus dilakukan oleh seorang hamba?

Syukur merupakan salah satu maqom (derajat) yang tinggi dari seorang hamba. Rasa syukur itulah yang dapat membuat seorang hamba menjadi sadar dan termotivasi untuk terus beribadah kepada Allah. Seperti yang diceritakan dari Nabi bahwasanya beliau shalat malam sampai bengkak kakinya. Ketika ditanyakan kepada beliau, “Mengapa engkau melakukan ini wahai Rasulullah, padahal sungguh Allah telah mengampuni seluruh dosa-dosamu baik yang telah lewat ataupun yang akan datang?” Maka Rasulullah menjawab, “Tidakkah aku ingin menjadi hamba-Nya yang bersyukur?” (HR. Bukhari dan Muslim).

Sehingga ketika mengetahui ini, Iblis la’natulloh alaih, sebelum dia terusir ke dunia, berjanji kepada Allah ‘Azza wa Jalla untuk menggelincirkan manusia dan akan menghalangi mereka untuk menjadi hamba-hamba-Nya yang bersyukur.

Termasuk bersyukur adalah kita menerima apa pun yang ada pada kita saat ini, baik yang sedikit maupun yang banyak, karena pada hakikatnya kenikmatan yang kita terima itu tiada terkira banyaknya. Allah berfirman yang artinya, “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menghitungnya.” (QS. 16: 18).

Semoga bahasan ini bisa menambah semangat kita untuk terus mensyukuri nikmat Allah kepada kita setiap detiknya.

Penulis: Ustaz Yusuf Munasir hafizhahullah
Artikel: Muslim.or.id

Bahaya-mengingkari-nikmat-Allah

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *