Jangan sembarang melaknat!
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Seorang mukmin bukanlah orang yang banyak mencela, bukan orang yang banyak melaknat, bukan pula orang yang keji (buruk akhlaqnya), dan bukan orang yang jorok omongannya.” (HR. Tirmidzi, no. 1977; Ahmad, no. 3839 dan lain-lain).
Hendaknya kita berhati-hati dalam masalah laknat, bahkan kepada orang kafir sekalipun. Orang kafir yang masih hidup tidak boleh ditujukan laknat kepadanya secara personal. Hukumnya haram melaknat orang kafir secara personal yang masih hidup, karena boleh jadi Allah merahmati dia, sehingga dia mendapatkan hidayah untuk masuk Islam.
Dalilnya adalah ketika Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam mendoakan laknat untuk Abu Jahl, begitu juga orang-orang musyrik Quraisy lainnya, Allah Ta’ala menegur beliau melalui firmanNya, “Tak ada sedikit pun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima tobat mereka, atau mengazab mereka karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim.” (QS. Ali Imran:128).
Adapun untuk orang kafir yang sudah meninggal. Maka boleh bagi Anda untuk mendoakan laknat untuknya, karena orang yang mati dalam keadaan kafir, maka dia sudah pasti mendapatkan laknat Allah ‘azza wa jalla.
Namun, meskipun boleh, bagi seorang mukmin meninggalkannya lebih utama, sebagaimana hadis yang kami cantumkan dalam gambar di atas.
Bila melaknat secara personal orang kafir saja terlarang, maka melaknat seorang muslim tentu lebih terlarang lagi. Sungguh mengherankan bila seorang muslim begitu mudah mengucapkan laknat kepada saudaranya. Padahal perkara laknat ini adalah perkara yang besar.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang melaknat seorang mukmin, maka ia seperti membunuhnya.” (HR. Bukhari dalam Shahihnya 10/464). Beliau juga bersabda: “Orang yang banyak melaknat tidak akan diberi syafaat dan syahadatnya tidak akan diterima pada hari kiamat.” (HR. Muslim dalam Shahihnya no. 2598 dari Abi Darda radhiyallahu ‘anhu).
Semoga nasihat ini bisa menjadikan kita insan muslim yang santun dan lembut tutur katanya. Aamiin.
Penulis: Ustadz Ahmad Anshori
Artikel: Muslim.or.id