Kuliah agama demi gelar, tidak ikhlas?

Kuliah agama demi gelar, tidak ikhlas?

Sebagian orang beranggapan bahwa seorang ustadz yang belajar ilmu agama untuk mendapatkan gelar Lc., S.Ag., BA., MA., doktor, atau semacamnya itu menunjukkan ia tidak ikhlas atau sekadar mengejar titel dan berbangga dengan gelar.

Lalu apakah benar juga anggapan sebagian orang bahwa belajar agama di universitas-universitas Islam (yang terpercaya) itu tidak penting?
Simak jawabannya dalam takarir gambar.

Menjawab pertanyaan dalam gambar di atas, berikut ini penjelasan Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah, beliau mengatakan:

Seseorang yang menuntut ilmu syar’i wajib untuk mengikhlaskan niatnya guna mengharapkan wajah Allah dan kebahagiaan di akhirat. Jika tujuannya dalam rangka mendapatkan dunia, maka ia berdosa.

“Barang siapa menuntut ilmu yang seharusnya itu demi mengharapkan wajah Allah, tetapi ia tidak mengharapkan kecuali bagian dari dunia, maka ia tidak akan mencium wangi surga.” (HR. Abu Daud 2664, Ibnu Majah 252, Ahmad 2/338, Ibnu Hibban 78, Al Hakim 1/85, dan yang lainnya, dari Abu Hurairah).

Wal’iyadzubillah. Maka harus ikhlas dalam menuntut ilmu syar’i. Atas hal ini, banyak orang saleh dan orang kuat imannya merasa bimbang mengenai masuknya seseorang ke universitas Islam misalnya untuk mendapatkan ijazah. Sehingga mereka berkata, “kalau demikian, maka saya tidak mau masuk universitas Islam“. Mereka khawatir terhalang masuk ke surga.

Maka kita katakan, kita sekarang ada di zaman ijazah, yang ijazah ini memiliki peranan dalam profesi keagamaan maupun profesi keduniaan. Orang yang tidak memiliki ijazah, tidak mungkin baginya untuk menempati profesi dalam mengajar, atau dalam qadha (pengadilan), atau dalam tata usaha. Maka jika seseorang belajar ilmu syar’i demi mendapatkan ijazah, dalam rangka untuk bisa menempati posisi-posisi yang bermanfaat bagi manusia, maka ini tidak menafikan keikhlasan. Bahkan ini merupakan keikhlasan. Karena, jika Anda tanyakan kepada orang tersebut, “mengapa Anda menginginkan ijazah?“. Ia akan berkata, “saya ingin mengajar agama“, atau “saya ingin menjadi qadhi (hakim)“, atau “saya ingin menempati profesi yang bermanfaat bagi kaum muslimin“. Dan ini semua tidak mungkin tercapai tanpa ijazah di zaman kita sekarang ini, di mana kompetensi seseorang di buktikan dengan kertas-kertas. Jika niatnya demikian, maka ini niat yang baik, ia tidak mendapat hukuman (dosa). (Al Qawa’id Wal Ushul Al Jami’ah, 63-64).

Penulis: Ustadz Yulian Purnama hafizhahullah
Artikel: Muslim.or.id

Kuliah agama demi gelar, tidak ikhlas?

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *