Memaafkan itu tidak selalu lebih utama

Memaafkan itu tidak selalu lebih utama

Allah Ta’ala berfirman, “Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan melakukan perbaikan maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (QS. Asy Syura: 40).

Memaafkan orang lain memang merupakan akhlak yang mulia. Namun, tidak selamanya memaafkan itu lebih baik dan lebih utama. Adakalanya yang lebih baik adalah memberi hukuman dan tidak memaafkan.

Coba simak ayat yang kami cantumkan dalam gambar di atas.

Syekh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah menjelaskan, “Dalam ayat ini Allah menggandengkan pemaafan dengan ishlah (perbaikan). Maka pemaafan itu terkadang tidak memberikan perbaikan. Terkadang orang yang berbuat jahat pada Anda adalah orang yang bejat, yang dikenal oleh masyarakat sebagai orang yang buruk dan rusak. Jika Anda memaafkannya, maka ia akan semakin menjadi-jadi dalam melakukan keburukannya dan semakin rusak.

Maka yang lebih utama dalam kondisi ini, Anda hukum orang ini atas perbuatan jahat yang ia lakukan, karena dengan demikian akan terjadi ishlah (perbaikan).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Ishlah (perbaikan) itu wajib, sedangkan memaafkan itu sunnah. Jika dengan memaafkan malah membuat tidak terjadi perbaikan, maka ini berarti kita mendahulukan yang sunnah daripada yang wajib. Yang seperti ini tidak ada dalam syariat.” Sungguh benar apa yang beliau sebutkan, rahimahullah.” (Makarimul Akhlak, hlm. 27).

Maka terkadang, tidak memaafkan dan menjatuhkan hukuman itu lebih utama. Jika memang hukuman tersebut akan menjadi kebaikan bagi si pelaku, kebaikan bagi masyarakat, atau kebaikan bagi agama.

Semoga bahasan ini bermanfaat.

Memaafkan itu tidak selalu lebih utama

Penulis: Ustadz Yulian Purnama
Artikel: muslim.or.id

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *