Nasihat ulama untuk meninggalkan “Qiila wa Qaala” di internet

Nasihat ulama untuk meninggalkan “Qiila wa Qaala” di internet

Al Imam Malik rahimahullah mengatakan: ”qiila wa qal” adalah memperbanyak ucapan dan menyebar berita yang mengkhawatirkan, seperti ucapan seseorang: “si fulan mengatakan (begini)”, “si fulan melakukan (ini)” dan ikut-ikutan dalam perkara yang tidak pantas.

Lalu apa nasihat bagi para pemuda yang menyibukkan diri dalam “al qiila wal qaal” di internet dan berbantah-bantahan?
Simak bahasannya lewat takarir gambar.

Ada sebuah nasihat dari Asy-Syaikh Abdul Muhsin Al-‘Abbaad tentang pertanyaan dalam gambar di atas, beliau berkata, “Nasihatku agar mereka mempelajari ilmu (agama) dan menyibukkan diri dengan ilmu (agama) sehingga ia mencapai kebaikan dan mengamalkannya, dan ia memberikan manfaat bagi manusia dengan ilmu itu, dan hendaknya ia meninggalkan al qiila wal qaal yang tidak memberikan kepada mereka kebaikan, ia hanya memberikan mereka mudarat, ini nasihat saya bagi mereka.

Syekh melanjutkan, “Wajib atas mereka untuk memperdalam ilmu agama dan menyibukkan diri dengan ilmu yang bermanfaat dan janganlah mereka menyibukkan diri dengan perkara-perkara yang mereka bukan ahlinya.”

[Transkrip tanya jawab bersama guru tercinta Asy-Syaikh Abdul Muhsin Al-‘Abbaad, ulama muhaddits kota Madinah, hafidzahullah Ta’aala, setelah pelajaran mata kuliah kitab Sunan An-Nasaaiy yang disampaikan di Fakultas Syari’ah, Universitas Islam Madinah, Kerajaan Arab Saudi. Tanggal rekaman: 2 Muharam 1435/ 05 November 2013].

Al Imam An Nawawi rahimahullah berkata: “qiila wa qaal” adalah masuk campur dalam kabar-berita orang lain dan menghikayatkan sesuatu yang tidak penting dari keadaan-keadaan dan perbuatan mereka. (Syarah Shahih Muslim, pada hadits no. 3236). Beliau juga berkata: makna “qiila wa qaal” adalah menceritakan semua yang ia dengarkan, ia berkata: “katanya begini”, “kata si fulan begitu” dari perkara yang ia (sendiri) tidak mengetahui keabsahannya, tidak pula menyangkanya (demikian). Cukuplah seseorang itu dikatakan berdusta, (tatkala) ia menceritakan semua yang ia dengarkan. (Syarah Riyadhus Shaalihin, Bab no. 41).

Penulis: Ustadz Abu Khalid Resa Gunarsa hafizhahullah
Artikel: Muslim.or.id

Nasihat ulama untuk meninggalkan “Qiila wa Qaala” di internet

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *