Sudahkah Anda memahami makna kalimat tauhid yang benar?
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَىِٕن سَأَلۡتَهُم مَّنۡ خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَ ٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ وَسَخَّرَ ٱلشَّمۡسَ وَٱلۡقَمَرَ لَیَقُولُنَّ ٱللَّهُۖ فَأَنَّىٰ یُؤۡفَكُونَ
“Sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka, ‘Siapakah yang menciptakan langit dan bumi serta yang menundukkan matahari dan bulan?’ Pasti mereka menjawab, ‘Allah’. Maka, mengapa mereka bisa dipalingkan (dari kebenaran).” (QS. Al-Ankabut: 61).
Kalimat syahadat sudah sangat kita kenal. Setiap hari kita mendengar panggilan azan dan kalimat ini selalu diulang-ulang. Namun sayang, masih banyak saudara kita yang belum memahami makna kalimat ini dengan benar. Contohnya, mereka memaknai bahwa lailahaillallah artinya tidak ada pencipta selain Allah. Pada hakikatnya, pernyataan tidak ada pencipta selain Allah adalah sesuatu yang benar. Kita tidak memungkirinya sama sekali. Namun, itu bukanlah makna dari lailahaillallah.
Kok bisa demikian?
Coba perhatikan bagaimana jawaban orang-orang musyrik dahulu ketika ditanya tentang pencipta mereka, pencipta langit dan bumi, pemberi rezeki kepada mereka dari langit dan bumi, mereka menjawab, “Allah”.
Hal itu menunjukkan bahwa sekadar mengakui pencipta alam ini hanya Allah belumlah memasukkan seseorang ke dalam Islam. Padahal, kita mengetahui bersama bahwa yang menjadi kunci masuk ke dalam Islam adalah kalimat syahadat ini. Kalaulah makna syahadat hanya semacam itu saja, niscaya orang-orang kafir dahulu tidak perlu diperangi oleh Nabi. Kita juga ingat, dahulu ketika mengutus sahabatnya Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ’anhu ke Yaman untuk berdakwah, beliau berpesan, “Jadikanlah seruan yang pertama kali kamu sampaikan syahadat lailahaillallah dan Muhammad rasulullah …” (HR. Bukhari dan Muslim).
Lalu, apakah makna kalimat yang mulia ini?
Maknanya sebagaimana yang dijelaskan oleh para ulama yaitu la ma’buda bihaqqin illallah (tidak ada sesembahan yang benar selain Allah).
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, “Demikian itulah, karena hanya Allahlah (sesembahan) yang hak, sedangkan segala sesuatu yang disembah selain-Nya adalah batil.” (QS. Al-Hajj: 62).
Sehingga, kalimat ini menuntut kita untuk menyembah hanya kepada Allah Ta’ala dan mengingkari segala sesembahan selain-Nya. Entah itu malaikat, nabi, orang saleh, jin, matahari, pohon, apalagi batu. Oleh sebab itu, orang yang mengucapkan lailahaillallah harus meyakini bahwa segala bentuk ibadah (salat, puasa, nazar, sembelihan, meminta perlindungan dan keselamatan, dan lain sebagainya) hanya boleh ditujukan kepada Allah Ta’ala.
Penulis: Ustaz Ari Wahyudi hafizhahullah
Artikel: Muslim.or.id