Susah bangun subuh karena maksiat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Sesungguhnya seorang mukmin, jika melakukan satu perbuatan dosa, maka ditorehkan di hatinya satu titik hitam. Jika ia bertobat, berhenti, dan minta ampun, maka hatinya akan dibuat mengkilat (lagi). Jika semakin sering berbuat dosa, maka titik-titik itu akan bertambah sampai menutupi hatinya ….” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan dihasankan Al Albani).
Apakah Anda termasuk orang yang susah bangun subuh, bahkan sering tertinggal shalat Subuh berjemaah dan kehilangan kesempatan meraih pahala shalat sunnah fajar yang pahalanya melebihi langit dan bumi?
Jika benar, mungkin ada beberapa sebab yang menyebabkan Anda susah bangun di waktu subuh, bisa jadi karena sering begadang atau kurang tidur (begadang dengan tujuan yang sia-sia) atau karena ada maksiat yang dilakukan terus-menerus tanpa istigfar, sehingga badan susah melakukan ketaatan, dan hati berat untuk dibawa beribadah. Bisa jadi yang sebelumnya kita bangun dengan mudah ketika azan berkumandang, kemudian menjadi sulit bangun subuh karena maksiat. Hati mulai keras dan telinga sudah tidak peka lagi dengan suara azan, badan pun berat dibawa untuk menjawab panggilan masjid.
Dosa dan maksiat bisa menutupi hati dan membuat malas beribadah, hal ini sebagaimana hadis yang kami cantumkan dalam gambar di atas. Salah satu indikator hati seseorang mulai mengeras adalah susah bangun shalat subuh. Untuk selevel ulama dan orang-orang saleh, salah satu indikator mulai mengerasnya hati adalah susahnya bangun shalat malam.
Sufyan ats-Tsauri rahimahullah berkata, “Selama lima bulan aku terhalang untuk melakukan shalat malam karena dosa yang aku lakukan.” (Qiyaamul Lail, Fadhluhu wa Aadaabuhu).
Jika ada yang berkata, “Saya bermaksiat setiap hari, tapi saya mampu bangun shalat malam jika saya menghendaki”. Maka kita katakan bahwa bisa jadi hatinya sudah tidak peka lagi mendeteksi maksiat. Hati para ulama cukup bersih sehingga sangat peka terhadap maksiat. Ibarat tubuh yang sehat akan terasa jika ada sakit sedikit.
Semoga bahasan ini bisa jadi bahan introspeksi kita bersama.
Penulis: Ustadz Raehanul Bahraen hafizhahullah
Artikel: Muslim.or.id