Tabayyun dulu, sebelum menasihati teman
Allah Ta’ala berfirman, “Wahai orang- orang yang beriman, jika ada seorang fasik datang kepada kalian dengan membawa suatu berita penting, maka tabayyunlah (telitilah dahulu), agar jangan sampai kalian menimpakan suatu bahaya pada suatu kaum atas dasar kebodohan, kemudian akhirnya kalian menjadi menyesal atas perlakuan kalian.” (QS. Al-Hujurat: 6).
Hendaknya ketika memberikan nasihat kepada teman kita atau orang lain pada umumnya, tidak bertopang pada kabar yang tidak jelas dan simpang-siur. Karena kabar yang tidak jelas atau simpang siur, bukanlah ilmu dan bukanlah informasi yang valid sama sekali. Orang yang menyampaikannya pun disebut orang yang melakukan kebodohan.
Maka hendaknya cek dan ricek, klarifikasi dan konfirmasi, sebelum beranjak untuk memberikan nasihat. Itulah adab dalam memberikan nasihat yang harus kita lakukan. Bisa juga ditambah dengan mencari tahu sumber masalah dari 2 POV (Point of View) yang berbeda, agar informasi yang kita dapat bisa semakin valid.
Orang yang mempercayai dan menyampaikan semua yang ia dengar tanpa cek dan ricek, klarifikasi, dan konfirmasi, maka ia seorang pendosa. Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
“Cukuplah seseorang telah berdosa jika menyampaikan seluruh yang ia dengar.” (HR. Muslim no. 5).
Hendaknya juga kita mencari kemungkinan-kemungkinan baik bagi saudara kita sesama Muslim, selama masih memungkinkan. Muhammad bin Manazil rahimahullah berkata, “Seorang mukmin itu mencari uzur (alasan-alasan baik) terhadap saudaranya. Sedangkan seorang munafik itu mencari-cari kesalahan saudaranya.” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman no.10437).
Penulis: Ustaz Yulian Purnama hafizhahullah
Artikel: Muslim.or.id