Teman yang buruk adalah faktor eksternal perusak iman
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Agama seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, sahih).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa memperingatkan dari bahaya teman dekat yang buruk dan rusak. Oleh karena itu, hendaknya seorang mukmin tidak berteman dengan seseorang, kecuali dengan pertemanannya tesebut akan membuahkan kebaikan dan kemanfaatan untuk agamanya. Dia hendaknya waspada dalam bergaul dengan siapa pun.
Fudhail bin ‘Iyyadh rahimahullah mengatakan, “Seorang mukmin bukanlah orang yang suka duduk dengan siapa saja yang dia inginkan.”
Sufyan rahimahullah bekata, “Hal yang paling akan membuat rusak atau membuat baik seseorang adalah pertemanan.“
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Lihatlah seseorang dengan siapa teman dekatnya, karena tidaklah dia memilih teman kecuali dengan yang dikaguminya.“
Berhati-hatilah dalam memilah dan memilih teman bergaul. Bergaul dengan orang fasik dan orang yang gemar berbuat jelek merupakan sebab penting akan berkurang dan lemahnya iman seseorang, bahkan bisa merusak dan membatalkan iman. Apalagi di antara circle pertemanan yang mengajak untuk bermain game, menonton konten porno, dan media buruk lainnya.
Dalam masalah ini, kita temukan di zaman kita perkara yang sangat parah dampaknya, yaitu banyak anak dan remaja duduk sambil menikmati saluran satelit dan situs website sesat di internet yang dikelola oleh musuh-musuh Islam. Melalui media ini, musuh-musuh Islam bisa masuk ke dalam rumah-rumah kaum muslimin dengan membawa berbagai fitnah dan racun pemikiran serta menebar berbagai kerusakan, kekejian, dan kejahatan yang ada pada mereka.
Sesungguhnya ini merupakan perkara yang benar-benar bisa merusak anak-anak kaum muslimin, ketika mereka sibuk duduk di depan media yang merusak dalam waktu yang lama. Mereka melihat dan mendengar langsung dengan mata dan telinganya sendiri, yang tentunya akan berpengaruh ke dalam hatinya. Jika hal ini berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan, maka akan menyebabkan masuknya pikiran-pikiran yang merusak.
Penulis: Ustaz Adika Mianoki hafizhahullah
Artikel: Muslim.or.id
