Uhud, saksi penyesalan Anas
Anas bin An-Nadhr radhiyallaahu ‘anhu berkata kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullaah, aku tidak hadir dalam peperangan pertama melawan kaum musyrikin. Demi Allah, jika Allah memperkenankanku untuk ikut dalam peperangan melawan mereka, niscaya aku akan memperlihatkan pada-Nya apa yang akan ku perbuat.”
Dia adalah Anas bin An-Nadhr radhiyallaahu ‘anhu. Paman Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu. Beliau termasuk salah seorang sahabat yang tidak ikut serta dalam perang Badr.
Sepengetahuan mereka -para sahabat yang berada di Madinah- bahwa Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam keluar Madinah bukan untuk berperang pada waktu itu. Tapi untuk mencegat kafilah dagang kaum Quraisy yang datang dari Syam di bawah pimpinan Abu Sufyan. Maka tidak semua sahabat ikut serta. Dan kebanyakan mereka tidak mengetahui kalau di Badr itu akan terjadi peperangan yang dahsyat.
Yang jelas, Anas bin An-Nadhr radhiyallaahu ‘anhu sangat menyesal dan terpukul sekali tidak ikut serta dalam perang bersejarah itu.
Ketika perang Uhud, pada saat kaum muslimin diserang balik oleh kaum musyrikin, Anas bin An-Nadhr radhiyallaahu ‘anhu berkata, “Ya Allah, aku mohon ampun atas apa yang dilakukan sahabat-sahabatku (karena sebagian kaum muslimin ada yang mundur ke belakang kala itu -pen), dan aku berlepas diri dari apa yang dilakukan orang-orang musyrik.”
Lalu ia pun maju dengan gagah berani berpapasan dengan Sa’ad bin Mu’adz radhiyallaahu ‘anhu, sambil berkata kepadanya, “Wahai Sa’ad bin Mu’adz! Surga… Demi Rabb Ka’bah, sungguh aku mencium bau surga di balik gunung Uhud.”
Sa’ad berkata menceritakan kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, “Aku tidak mampu melakukan apa yang ia lakukan, wahai Rasulullah!”
Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu -perawi yang menceritakan kisah ini- berkata, “Kami menemukan jenazahnya (Anas bin An-Nadhr -pen) penuh dengan luka lebih dari 80 bekas baik itu sayatan pedang, tusukan tombak, dan lemparan panah. Kaum musyrikin telah mencabik-cabik tubuhnya. Tidak ada yang mengenali tubuhnya kecuali saudarinya yang mengenalinya lewat jari-jemarinya.” (Lihat Shahih Al-Bukhari hadits no. 4048 dan Shahih Muslim hadits no. 1903)
Allah Ta’ala berfirman:
مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلًا
“Dan di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah janjinya.” (QS. Al-Ahzab: 23).
Inilah bukti kesungguhan penyesalannya. Cukuplah gunung Uhud menjadi saksi atas hal itu.
Penulis: Ustaz Abu Yazid Nurdin hafizhahullah
Artikel: Muslim.or.id